Masa Indah di AL HIKMAH Purwoasri (catatan Mas Baiturokhim, alumni)
Assalamu ‘alaikum wr.wb.
Entah mengapa pada malam itu aku mencoba search melalui Pak Google dengan kata kunci “ alumni Al Hikmah Purwoasri”. Masih ingat, pada malam itu aku kangen berat dengan sejarah hidupku di kompleks Al Hikmah Purwoasri selama 6.5 tahun. Wajarlah kangen sebab di usiaku yang ke-45 tahun ini, sudah 33 tahun yang lalu (1977) belajar di sana. Setelah aku kontak via SMS kepada pemiliki blog ini yakni Ustadz Mohammad maka permisi aku kepingin menulis uneg-uneg kangen masa lalu.
Afwan katsir jika sistematika penulisan ini ngacak, sebab namanya saja tulisan curhat kangen. Semoga rekan se alumni juga ikut membaca agar semangat kangen masa lalu untuk masa depan yang kebih baik.
Kalau aku bayangkan betapa saat itu merupakan saat-saat indah yang tidak mungkin terulang dalam hidup ini sampai mati. Tentang masa lalu, orang mengatakan “sedih untuk dikenang, teramat sayang untuk dilupakan”. Rasa kangenku menjadi semakin kangen namun rasa senang saat aku telusuri buah tulisan dan foto-foto indah dari Ustadz Muhammad tentang lingkungan Al Hikmah Purwoasri Tempoe Doloe.
Apa yang Ustadz Muhammad tuliskan dan foto-foto yang ditampilkan memang benar adanya, tidak menambah dan tidak mengurangi. Semakin foto dipandang, kerinduan masa lalu semakin mendalam. Begitulah komentarku tentang potret masa lalu. Sebab justru dari sanalah aku kini merasakan bahwa hidupku yang saat ini aku alami, berawal dari titik tolak (nuqthatul inthilaq) nya adalah masa lalu kompleks Al Hikmah Ponpes Purwoasri – Kediri. Alhamdulillah, semoga Al Hikmah dan para asatidzku dan kyaiku senantiasa mendapatkan pahala bagaikan alir yang terus mengalir, wabil khusus syech Al Mukarramun Kyai Haji Badrus Sholeh Arief yarhamhullah wa ahlahu.
Namaku asli Baiturokhim. Orang sering salah sangka jika namaku seperti namanya banyak masjid, seperti namanya masjid Istana Negara di Jakarta. Tapi ya sudahlah, barangkali nama tersebut merupakan Visi dan Misi orang tuaku agar kelak nanti menjadi generasi yang menyukai masjid. Amin.
Selanjutnya, aku masuk sekolah di komplek Al Hikmah Purwoasri tahun 1977 ketika masih ada PGAN (Pendidikan Guru Agama Negeri) yang terakhir. Saat itu ketika mau naik di kelas dua berubah dari PGAN menjadi MTsN dan MAN. Dengan perubahan itu maka aku menempuh kelas satu selama 1.5 tahun. Bukan karena aku bodoh, namun hanya sebagai korban kebijakan menteri P dan K yakni Daud Yosoef yang memperpanjang tahun pelajaran.
Setelah tamat MTsN saya melanjutkan MAN. Saat itu mestinya aku ingin melanjutkan PGAN di Kediri mengikuti kakak-ku Mohammad Roin, namun dicegah oleh Bapak Ustadz Mubin Dasuki (yarhamhullah) yang pengajar bahasa Arab agar tetap di Purwoasri saja. Alhamdulillah saya sami’na wa atha’na sehingga bi idznillah saya sangat beruntung.
Banyak sekali pengalaman menyenangkan yang tidak mungkin aku ceritakan di sini. Walau demikian ada beberapa hal yang ingin aku sampaikan namun hal itu semata “tahadduts binni’mah” saja. Pertama, ketika kelas satu dan kelas dua (dua kali) saya mewakili MAN (dalam acara PORSENI) mengikuti lomba kaligrafi untuk se karesidenan Kediri menjadi juara 1 berturut-turut. Betapa senangnya, aku diajak makan-makan bersama kawan-kawan di restoran Kediri oleh wakil MAN Bapak Nashuhan (yarhamhullah).
Kedua, aku mendapatkan nikmat yang sangat luar biasa dimana dengan izin Allah Swt aku berhasil masuk di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya. Sebuah Universitas negeri yang ternama dari lima perguruan tinggi di Indonesia.
Selama MAN berdiri, seingatku aku siswa yang kedua masuk Universitas Negeri melalui jalur PMDK (Penelusuran Minat dan Kemampuan)—yang sebelumnya ada kakak kelas yang masuk di IPB (Institute Pertanian Bogor) semacam PMDK namanya mbak Eni, temen seangkatan dengan mbak Binti Maqsudah yang juga pernah menuis di suatu blog alumni. Aku merupakan 1 dari 35 orang yang mewakili MAN jalur PMDK Departemen Agama se Indonesia. Dan, saat itu tahun 1984 persaingan SIPENMARU (Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru) se-Indonesia sebanyak 870.000. Aku merasakan nikmat yang demikian besar. Sebab saat itu aku termasuk 1 diantara 7 siswa MAN Purwoasri yang mendapatkan jatah seleksi melalui PMDK.
Teringat proses aku lolos PMDK ada hal yang tidak terlupakan. Setelah mengisi blanko PMDK bersama teman-teman yang lain, aku penasaran untuk meminta petunjuk kepada Allah Swt dengan sholat istikharah sebagaimana yang Ustadz Mubin Dasuki ajarkan. Hasilnya adalah aku mendapat isyarat melalui mimpi dimana ketika aku sedang duduk di bawah pohon beringin besar di tambangan Berantas Purwoasri. Dalam mimpi tersebut aku melihat tulisan di atas papan tulis hitam dengan tertulis kapur putih huruf capital dan angka romawi berbunyi PURWOASRI VII:I. Istikharah yang ku lakukan di masjid itu, setelah bangun aku berfikir bahwa jika itu benar petunjuk dari Allah Swt maka Insya Allah yang akan lolos masuk di perguruan tinggi dari MAN Purwoasri adalah hanya 1 dari 7 murid. Esok harinya hal itu aku ceritakan pada teman-temanku termasuk yang bernama Sumanan yang saat ini menjadi kyai di Ngronggot Nganjuk. Tapi aku tidak tahu 1 orang itu siapa namanya.
Ternyata setelah mendengar bahwa di SMA Negeri Kertosono telah diumumkan hasil PMDK maka besoknya Sabtu pagi tanggal 4 Mei 1984 aku berangkat ke sekolah hendak menanyakan kabarnya. Masya Allah, ketika aku baru di depan pintu gerbang Al Hikmah dipanggil oleh Wakil kepala sekolah, Bapak Nashuhan sambil berteriak. Setelah aku mendekat ternyata aku dirangkul dan dipeluk senang sambil bilang “kowe thok le sing ditrimo PMDK kuliyah ning Unair Soroboyo”. Berarti isyarah dalam istikhoroh satu orang yang akan diterima lewat PMDK itu ternyata hanya saya aku thok. Saat itu ,aku menjadi depresif, sangat bergembira antara tersenyum dan menangis : tersenyum bahagia mendapatkan nikmat dari Allah Swt., namun hati menangis sebab orang tuaku keluarga miskin—tidak terbayang bagaimana uang dicarinya.
Teringat ketika itu, demi suka citaku dan sekolahanku, aku dibisiki oleh kepala sekolah yakni Ustadz Haji Umar Fauzi (yarhamhullah) bahwa “awakmu ojo kuwatir masalah biaya, nek arep budal ning Suroboyo mampiro rene mengko arep tak tambahi sangu”. Awal-awal aku datang dan memang diberi uang, namun lama kelamaan aku malu. Sebagai gantinya aku harus mencari uang tambahan di Surabaya. Kini aku betul-betul merasa bagaimana perhatian dan kebaikan beliau, semoga amal baik itu menjadi wasilah beliau untuk menjadi penghuni surga bersama Kanjeng Nabi.
Setelah meninggalkan Purwoasri, lembaran baruku ada di Surabaya, kuliah Psikologi. Waduh semester pertama kacau, aku lebih bisa bahasa Arab ketimbang bahasa Inggeris. Padahal seluruh literature Psikologi nyaris bukunya berbahasa inggeris. Kalau kata ustadzku Bapak Thoha Nur, kondisi pahit ini disebut dengan istilah “njeleput”. Namun demikian aku tetap berusaha keras “hara-kiri” hingga dua dan tiga semester untuk mengejar ketertinggalanku. Ya Alhamdulillah semester tiga aku sudah bisa bahasa inggeris sehingga bergabung dengan rekan-rekan di lembaga jasa penerjemah bahasa inggeris untuk mencari uang tambahan. Aku teringat pula di akhir kuliahku aku menterjemahkan buku bahasa inggeris yang berjudul “Colour Your World” setebal 204 halaman sebagai biaya untuk wisudaku. Aku senang sekali bi idznillah Alhamdulillah. Dan teringat juga ketika kuliah aku pernah mendapatkan beasiswa dari UNESCO. Alhamdulillah.
Perjalanan karir dan hidupku cukup berliku. Pada tahun 1989 aku mengikuti kursus pengajar Qiroati yang kemudian mendirikan Taman Pendidikan Al Qur’an Al ‘Alim di Bendul Merisi Selatan IV/40 Surabaya. Kemudian aku bekerja sebagai Personalia di Lembaga Pendidikan Full Day School Al Hikmah Surabaya. Ternyata di lembaga itulah aku bertemu dengan jodoh seorang ustadzah yang kini aku dampingi sedang menyelesaikan kuliah program Doktor di Universitas Ibnu Khaldun – Bogor. Kemudian, di tempat itu karena digaji kecil—dan aku merasa seorang Psikolog yang layak jual maka keluar dan akhirnya aku bekerja di PUSDIKLAT Cianjur Jawa Barat menjadi Instruktur AMT (Achievement Mtivation Training). Tos lami ti Cianjur, Insya Allah abdi mah tiasa kumaha omong sareng bahasa Sunda.
Selanjutnya aku dimutasi di Tanjung Karang Bandar Lampung menjadi kepala PPSDM (Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia) Brand Office PT Binawan Group Jakarta. Disebabkan karir aku prediksi tidak berkembang dan aku ingin mengambil kuliah Magister Management (MM) maka aku pindah kerja di Bandung. Di sana selama 5 tahun aku bekerja di The Bandoeng Consulting Group (The BCG) menjadi konsultan manajemen mutu Quality Management System—QMS ISO seri 9000 dan ISO seri 14000 di bidang Environment Management System (EMS). Setelah perusahaan bangkrut maka aku balik ke Jombang Jatim ikut mertua selama 2 bulan (bertapa dulu!!!).
Kemudian saya balik menuju Cianjur dan kemudian ke Jakarta. Dengan sejarah cukup berliku maka kini aku disamping sebagai orang di Yayasan Lembaga Uji Kompetensi juga bekerja sebagai Master Asesor di Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Keduanya di Jakarta. Sementara itu, aku di rumah Bogor mendirikan Yayasan Lembaga Bantuan Psikologi Islam Indonesia. Lembaga ini aku gali sebuah pemikran psikologi yang berfikrah Islam, bukan dari dunia barat (gharbiyyah) yang seringkali menyesatkan itu. Sementara itu dalam aktivitas ke Islaman aku aktif di Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), sebuah kutlah da’wah internasional yang senantiasa memperjuangkan kembalinya syariah dan Khilafah (sebagaimana yang berdiri selama 13 abad lalu yang kemudian diruntuhkan oleh Inggers 1924). Semuanya itu demi kemuliaan Islam dan kaum muslimin (‘izzul Islam wal Muslimin).
Kembali ke Al Hikmah Purwoasri. Aku dulu termasuk murid yang cenderung pendiam walaupun sebenarnnya suka humor. Di MAN jurusan IPS aku selalu menjadi ranking kedua setelah Imam Musthofa (dari Banyuwangi) pengawal ranking satu. Dahulu aku sangat serius untuk belajar, wis pokonya belajar walaupun hanya ranking dua. Saking semangatnya belajar hingga di kelas tiga aku pernah jatuh sakit dan juga akhirnya harus memakai kacamata karena minus.
Demikian halnya, teringat olehku, dimana setiap hari Kamis ada acara belajar berpidato (muhadloroh). Kalao banyak kawan-kawan yang minder dan mbolos karena terjadwal, namun aku sangat percaya diri (confidence), bahkan suka sekali menggantikan temanku yang penakut. Senangnya lagi, saat itu aku sudah mempersiapkan diri naskah yang berbahasa Arab dan inggeris, sehingga teman-teman peserta mukhadloroh banyak yang heran. Padahal memang aku secara diam-diam selalu mempersiapkanya. Alhamdulillah, pelajaran mukhadloroh dari Purwoasri berdampak sangat luar biasa dalam membentuk keberanian untuk berprestasi. Dan apa yang dapat aku lakukan hingga hari ini termasuk sebagai Trainer SDM, pengisi seminar dsb merupakan sebuah ilmu yang dasarnya aku peroleh dari Purwoasri.
Hanya saja aku masih ingat ketika itu, aku terkadang memiliki rasa minder mengingat orang tuaku terkategori miskin, namun justru aku terkobar semangat membara untuk harus sukses sekolah dan masa depan. Teringat ketika itu, teman-temanku sama bersepeda motor, rasan-rasan tentang cewek dan pacar, sibuk berpacaran, berbangga bisa ikut kursus bahasa inggeris, dsb. Namun karena orang tuaku tidak punya uang sehingga keinginanku seperti layaknya anak remaja ketika itu menjadi kandas namun membuatku semakin giat untuk belajar. Walau aku sendiri yang tidak bisa ikut kursus bahasa inggeris rame-rame bersepeda motor, namun Alhamdulillah nilai bahasa inggerisku jauh melebihi mereka.
Guruku tercinta bahasa Inggeris ketika itu adalah Al Ustadz Bapak Thoha Nur, abinya Ustadz Muhammad pemilik blog ini. Beliau ini sebagai peletak dasar (founder gronslach) bahasa inggeris dan spiritual tahfidz Al Qur’an untukku. Disamping itu, beliau juga memiliki katauladanan yang sangat bagus sebagai referensinku yakni sangat sabar dalam mengajar. Beliau pernah bilang saat teman-teman tidak bisa mengerjakan PR. “opo to cah sing nyebabne belajar bahasa inggeris iku angel. Bahasa inggeris iku guampang. Sing angel paling yo cuma nulise, ngucapne, ngrungokne, belajare, prakteke, tuku bukune”. Saat itu aku tersenyum berfikir “nik carane ngono bahasa inggeris yo angel kabeh”. Oh ya aku saat itu tertarik untuk berguru tahfidz Al Qur’an pada beliau (walau tidak lama) disebabkan terdorong saat seluruh siswa mendampingi (nyemak) ratusan orang tahfidz Al Quran saat 40 hari meninggalnya Kyai Badrush Sholeh Arief dan keluarganya (yarhamhullah).
Selanjutnya, kalau ingat sekolah di MTsN dan MAN di kompleks Al Hikmah Purwoasri aku sangat merasa bangga. Syukur Alhamdulillan orang tuaku menyekolahkanku di lembaga pendidikan yang berbasis Islam. Yang aku rasakan dan merupakan syukurku yang teramat mendalam adalah bagaimanapun pendidikan yang berbasis agama sangat-sangat penting untuk mendasari sebuah kehidupan. Terlebih saat ini kehidupan dunia demikian jahiliyah, masyarakat rusak parah disebabkan terpinggirkanya sistem dan hukum hukum Islam dari muka bumi. Itulah kiranya pendidikan yang berbasis ke-Islaman dan terlebih lagi berpesantren sangat bagus untuk mempersiapkan generasi yang sehat di masa yang kan datang.
Akhirnya, dalam tulisan ini aku doakan semoga segala ilmu yang telah diberikan oleh para guru (asatidz) senantisa menjadi amal kebaikan yang mengalir (jariyah) hingga di hari kiamat—hingga sebagai sababiyah menjadi ahli surga bersama para anbiyak, sahabat, tabi’in dan kita semuanya. Amin. Demikian curhat kengen yang aku tulis sebagai bentuk partisipasi dalam blog ini. Insya Allah jika sudah ada waktu lagi aku akan menulis dengan tulisan yang lebih sistematis. Salam sukses untuk ustadz Muhammad penggagas blog ini. Jika rekan se alumni butuh komunikasi maka silakan hubungi alamat ku, Baiturokhim di Bogor kota hujan dengan nomor 08154632002. Email : m_baiturokhim@yahoo.com; m.baiturokhim@gmail.com. Atau m.baturokhim@indosat.blackberry.com.
Wassalamu alaikum wr.wb.