Sebuah Kerinduan untuk Guru Santri

Sebuah Kerinduan untuk Guru Santri


Dulu belum ada TPA seperti sekarang ini. Sekitar tahun 1983-1985 saat itu aku kelas 3 hingga awal kelas 5 SD aku dan teman-teman menyebutnya NGAJI SORE.

Asar adalah waktu yang kunanti karena setelah asar aku bisa berangkat ke pondok untuk belajar "turutan" (sistem belajar baca huruf Arab untuk pemula). Kitab itu sekarang sudah jarang dipakai setelah lahirnya Iqro', Qiroati, Al Barqi dan kitab sejenis yang memudahkan anak-anak belajar melek huruf Arab.

Saat ngaji sore aku lebih banyak mainnya dari pada serius. Namanya juga anak-anak. Bertemu dengan teman sesama adalah surga dunia yang sempurna dan mengagumkan. Dan itu telah kunikmati.

Para santri putra dan juga santri putri pondok Al Hikmah dengan sabar mengajar ngaji anak-anak kampung, termasuk aku. Aku menyebut mereka GURU SANTRI. Sebab selain mereka nyantri ke Pondok Pesantren Al Hikmah mereka juga ditugasi oleh pengasuh pondok untuk menjadi guru buat anak-anak kampung sekitar pondok seperti kami. Saking banyaknya dan berganti-ganti pengajar, tidak semua sempat kuingat nama mereka. Tapi ada yang sampai sekarang masih kuingat. Pak Tajudin dan Ibu Fauziah. Nama yang simpel sehingga mudah diingat. Pak Tajudin mengajar kami sebuah kitab kumpulan syair.

Alaa laa tanaalul 'ilma illaa bi sittatin
saumbiika 'am majmuuihaa bil bayaani
dzakaain wa hirshin washtibarin wa bulghotin
wa irsyadi ustadzin wa tuuli zamaani

Syair itu masih terngiang hingga kini. Saat aku dan istriku menghabiskan sore duduk santai menunggu datangnya maghrib. Sebuah syair abadi tentang masa lalu yang tak terlupa.

Sementara Ibu Fauziah dengan senyum cantiknya mengajar kami hafalan Asmaul Husna. Senyum itu dan tahi lalat di wajah oval juga masih kuingat. Kuharap beliau sempat membaca entry blog ini. Dan tersenyum... mengenang muridnya yang sering ramai. Terima kasih Ibu... kuserahkan pada Allah untuk membalas kebaikan-kebaikan di ngaji sore yang menyenangkan itu.

Guru-guruku dari kalangan santri Pondok Al Hikmah saat itu masih usia Aliyah. Lama sudah tidak bertemu dengan mereka. Ada kerinduan yang sangat bila ingat masa kecil. Saat banyak waktu sore kuhabiskan bersama teman-teman dan guru-guru yang sabar itu. Guruku... dimanakah sekarang berada. Untuk masa lalu yang indah dan kesabaran itu, kutitipkan doa terindah. Semoga Allah melindungi diri dan keluargamu dengan rahmat Nya. Amin

Kutulis entry ini, saat anak pertamaku Muhammad A'la Maududi sudah bisa membaca Al Quran dan anak keduaku Malika Lathifa Az Zahra yang baru 4,5 tahun sudah hafal A sampai YA serta doa-doa sehari-hari. Semoga menjadi bagian amal jariyah para GURU SANTRI, amin.