September 2012

Sungai Kecil Depan Pondok Pesantren Al Hikmah Purwoasri Kediri



Mudik lebaran 2012 kemarin aku menempuh perjalanan yang luar biasa. Kami (aku, istri dan bidadari kecilku, Malika) kami bertiga dari Solo menuju ke Kediri melalui jalur Karanganyar - Tawangmangu - Sarangan - Magetan. Kami sengaja tidak lewat jalur utara, Sragen - Ngawi - Caruban. Kini jalur gunung itu sudah nyaman. Jalan sudah diperluaslebar. Beberapa turunan dan tanjakan yang curam sudah dilandaikan.

Pemandangan pegunungan dan udara dingin serta kabut yang turun menambah eksotisme perjalanan mudik kami. Kami istirahat, berhenti di sungai kecil. Malika bermain-main air jernih yang deras mengalir. Beberapa bebatuan kecil ia lempar-lempar. Kenanganku melambung ke masa silam saat masa kecil di Purwoasri.

Sungai kecil -- aku menyebutnya demikian, walaupun mungkin banyak orang yang menyebutnya sebagai selokan -- di depan Pondok Pesantren Al Hikmah Purwoasri Kediri menyimpan kenangan masa lalu yang indah. Dulu sungai kecil itu banyak airnya. Mengalir deras ke arah utara hingga depan SDN Purwoasri 1. Sampai ke utara terus hingga ke depan rumah orang tuaku. Di Mbabatan.

Sebelum orang tuaku pindah dari Purwoasri ke Purwodadi (desa sebelah / Mbabatan), di Purwodadi beberapa rumah menjadikan sungai kecil itu sebagai toilet. Di Sungai kecil itulah aku dan teman-teman sering mancing bersama. Ada ikan sepat yang tidak mau dipancing. Ada ikan mujaer dan betik. Ada pula ikan kutuk yang sebagian orang menyebutnya dheng-dhengan. Ada pula anaknya kutuk yang sering disebut brijilan.

Kini sungai kecil samping jalan Raya itu sudah kering. Kalaupun ada airnya di musim penghujan, itupun airnya tidak mengalir deras. Lebih sering tergenang. Diam di tempat. Itu semua terjadi setelah ada bendungan di Gampengrejo. Daerah sebelah utara Gampengrejo menjadi surut air sungai Brantasnya. Surutnya air sungai Brantas menyebabkan tidak ada air mengalir deras lagi di samping jalan Raya. Termasuk di depan Pondok Pesantren Al Hikmah Purwoasri Kediri. Dan juga di depan rumah orang tuaku.

Anda punya kenangan dengan sungai kecil itu?

Sungai, Tanggul, Jalan Raya, Sisi Lain Keindahan Purwoasri


Dari Pondok Pesantren Al Hikmah Purwoasri Kediri ke utara kurang lebih 700 meter, anda akan menemukan tanggul atau orang sana biasa menyebut tangkis yang sejajar dengan jalan raya Kediri Kertosono. Ya, dari Kediri ke Kertosono hanya daerah itu yang jalan rayanya bersebelahan dengan tanggul. Panjang tanggul itupun hanya kurang lebih 100 meter. Dimulai dari Kuburan Gudang Gas sampai depan rumah Bapak Imam Mastur Ketua RW 1 Desa Purwodadi Purwoasri.

Sore hari adalah waktu yang tepat untuk menikmati pemandangan. Selain matahari perlahan mulai tenggelam bersama pesona sungai Brantasnya di sebelah barat, di sebelah timur tidak kalah menariknya menikmati show room gratis. Ya di jalan raya itulah lewat aneka macam kendaraan. Ibarat iklan gratis, aneka kendaraan menginformasikan macam ragam dan type keluaran terbaru dari berbagai merek.

Jalan raya itulah penghubung dari Surabaya ke Tulungagung. Orang-orang Solo dan Yogya yang akan ke Malang mereka sering melintas jalur itu dari Kertosono untuk menuju Papar terus ke timur menuju Pare, Kandangan untuk selanjutnya ke Malang.

Pernahkah anda lewat jalan itu?

Hadiah Serban dari Kyai Zaim, Warisan dari Kyai Badrus Sholeh



Di dunia per kungfu an. Murid-murid yang digembleng tidak hanya ingin mendapatkan ilmu beladiri kungfu yang mumpuni saja, mereka juga akan sangat bangga jika diberi ruyung atau pedang sang guru. Demikian juga dalam ilmu per ninja an. Tak hanya ilmu menjadi ninja yang hebat saja yang diharap sang murid, tapi alangkah senangnya jika samurai sang guru juga diberikan sebagai warisan bernilai.

Lebaran kemarin, Agustus 2012, aku dan istri, bapak dan ibu mertua, adik ipar dan istrinya, kami bersilatur rahim ke Pondok Pesantren Al Hikmah Purwoasri Kediri. Saat kami sampai di rumah KH Zaimuddin -putra pertama KH Badrus Sholeh Arif pendiri Pondok Pesantren Al Hikmah- di dalam masih banyak tamu. Kamipun bergabung bersama para tamu. Tamu putra di bagian depan. Sementara tamu putri di ruang agak ke tengah dan masih terlihat dari ruang tamu depan.

Kurang lebih 10 menit kami bergabung dengan para tamu. Karena tamu yang duluan sudah agak lama, Yai kemudian memimpin doa. Para tamu pulang. Termasuk bapak dan ibu mertua, adik ipar dan istrinya. Dengan bahasa arab, Yai menyuruhku untuk tinggal dulu. Akupun memberi kode ke istriku untuk tetap disini. Istrikupun duduk di sampingku di ruang tamu putra.

Sesaat kemudian Yai memberiku sebuah serban putih. "Hadza min Abah", maksudnya serban ini dari Yai Badrus Sholeh, ayahnya. Setengah heran aku bertanya, "Min ustadz al Haj Badrus Sholeh?" Jawab beliau, "Na'am."

Langsung saja serban itu kulipat dengan lipatan memanjang. Ku pakai di bahuku sebelah kiri. Waktu itu aku pakai sarung plus baju tagwa coklat muda sedikit kontras dengan warna serban putih itu. Kopyah haji warna putih pekat menghias kepalaku. Spontan beliau memberi komentar, "Keren..." Aku dan istripun tersenyum.

Dunia Teknologi di Pondok Pesantren Al Hikmah Purwoasri


Alhamdulillah... lebaran kemarin, Agustus 2012, aku sekeluarga mudik ke kampung halaman. Tiap kali mudik... inilah tempat yang terus membawaku ke kenangan masa kecil yang menyenangkan. Kenangan itu terus menggelitik tiap kali aku singgah di tempat-tempat bersejarah bagi hidup dan kehidupanku. Termasuk Pondok Pesantren Alhikmah Purwoasri Kediri. Salah satu Pondok Salaf di Jawa Timur yang terus berkembang.

Perkembangan di Pondok Pesantren Al Hikmah tidak hanya urusan fisik bangunan saja. Tetapi juga dalam hal keilmuan. Baik ilmu-ilmu agama Islam maupun teknologi modern. Salah satu yang menarik untuk saya ceritakan di sini adalah bahwa Pondok Pesantren Al Hikmah Purwoasri Kediri telah memiliki warung internet (warnet) sendiri. 

Terletak di utara komplek pondok, Warnet Al Hikmah bersebelahan dengan Nick net nya mas Agus. "Kalau Warnet Al Hikmah, biasanya yang berkunjung kebanyakan santri-santri putri. Sedangkan di sini, Nick Net, lebih banyak santri putra yang mampir, walaupun santri putri juga ada. Malah sekarang makin rame, dengan adanya STAIBA. Para mahasiswa banyak yang cari informasi ke warnet." Demikian tutur mas Agus.

Warnet di Pondok Pesantren Al Hikmah Purwoasri menepis anggapan bahwa santri pondok pesantren salaf tidak hanya jago urusan kitab-kitab kuning dan hafalan Al Qur'an saja, tapi urusan teknologi... santri pondok pesantren jelas tidak ketinggalan.