Kenangan Sungai Brantas, Terus Melintas

Kenangan Sungai Brantas, Terus Melintas


Masa kecilku bersama teman-teman sungguh tak pernah terlupa. Entah sampai kapan. Setiap kali aku melihat tangkis kali Brantas, kenangan itu kembali melintas. Menggoda lamunanku hingga mengembangkan senyum di bibirku.

Pembaca, jika Anda lewat di jalan raya jurusan Kertosono-Kediri, di sisi barat Anda akan melihat tangkis, ada yang menyebut dengan tanggul. Di tempat-tempat tertentu, tangkis tersebut tertulis K. BRANTAS. Itu berarti Anda telah begitu dekat dengan sungai Brantas. Sungai terpanjang di Jawa Timur. Bahkan terpanjang di pulau Jawa.

Dari atas tangkis itu dulu aku dan teman-teman sering bermain papan luncur. Kami meluncur dari atas ke bawah beralaskan pelepah pohon Jambe. Pohon yang buahnya dipakai oleh para Nenek untuk nginang. Begitu meluncur... Bocah Petualang, lewat... karena kami lebih petualang. Sip deh... pokoknya.

Di tangkis itu pula aku, Shoimul adikku dan Bapak bersama menaikkan layang-layang, setelah bersama-sama layang-layang itu kami buat sendiri di ruang tamu. Sebuah proses kreatif yang Bapak berikan kepada kami. Karena hari-hari berikutnya aku bisa buat layang-layang sendiri dan menaikkannya sendiri. Terima kasih Bapak, kenangan itu sungguh luar biasa berkesan.

Di balik tangkis itu sungai Brantas membentang. Di sana dulu aku dan teman-teman latihan berenang hingga alhamdulillah bisa. Di sana juga terekam goal-goal dari sepakbola kami bersama saat kemarau tiba dan sungai Brantas menampakkan hamparan pasir yang kami sering menyebutnya gisik. Gisik yang resik itu menjadi lapangan musim kemarau kami untuk sepak bola. Duh... indahnya.

Hidup ini anugerah. Hidup ini indah. Saat kenangan manis tentang sungai Brantas melintas. Satu harapanku untuk anak-anakku. Semoga mereka juga mengalami masa kanak-kanak yang indah dan menyenangkan seperti diriku, amin.