Al Hikmah Purwoasri dan Layang-Layang
Kenanganku dengan desa eksotik Purwoasri, juga singgah di sebuah mainan bernama layang-layang. Masa kecil yang berkesan itu sebagian kuhabiskan dengan bermain layang-layang. Selain dengan Bapakku dan juga adik kandungku sendiri, Shoimul Huda, yang lebih dikenal dengan The Mung, aku juga bermain layang-layang dengan beberapa teman yang hingga kini -- di masa dewasa -- terus teringat bila aku lihat layang-layang di manapun.
Termasuk juga dengan Gus Karim. Putra bungsu KH Badrus Sholeh pendiri Pondok Pesantren Al Hikmah Purwoasri Kediri. Tak Hanya Gus Karim, kedua kakaknya Gus Miftah dan Gus Arif (almarhumain) sempat kulihat juga gemar main layang-layang. Bersama mereka kami bermain layang-layang di halaman belakang Pondok. Sering juga di Ban Sepur (sebutan kami untuk rel kereta api). Kadang juga main layang-layang di Tangkis Sungai Brantas. Bahkan nggelas (melumuri benang dengan serbuk kaca agar benang menjadi tajam) di serambi masjid Al Hikmah Purwoasri.
Di akhir SD hingga awal Tsanawiyah, aku pernah disuruh Ustadz Ahmad Dain untuk memegang kaleng penggulung benang. Kami bekerja sama untuk menang dalam sambitan (istilah adu layang-layang di udara). Kadang menang, kadang juga kalah. Masa-masa itu aku melihat beliau walaupun sudah menikah (manten anyar) namun masih bermain layang-layang.
Saat seperti itulah, di belakang hari, aku menyadari betapa pentingnya seorang Ustadz dekat dengan santrinya. Kedekatan adalah cinta. Dan Cinta tak akan terbangun tanpa kedekatan. Alhamdulillah... dengan dekat dengan beliau, aku banyak mengenal kitab-kitab kuning yang sangat bermanfaat bagi perjalanan hidupku berikutnya.
Terima kasih Ustadz, bermain layang-layang waktu itu mungkin bagi Ustadz hal sederhana dan biasa. Namun bagi santri Panjenengan ini, kebersamaan bermain layang-layang saat itu membawa kesan mendalam tentang pelajaran berharga. KEDEKATAN ADALAH CINTA, DAN CINTA TAK AKAN TERBANGUN TANPA KEDEKATAN.
Semoga Allah membalas kebaikan dan ilmu yang telah kudapat dari Jenengan dengan pahala amal jariyah yang tanpa tepi. Amin. Buat Bapak dan Ibu, terima kasih telah mengajakku singgah di desa terindah di dunia ini. PURWOASRI.