Sebuah Kitab dengan Banyak Kenangan

Tapi hari itu sedikit berbeda... si Bungsu, Muhammad A’la
Maududi sedang berkutat dengan buku pelajarannya. Bahasa Arab. Sesekali
mulutnya komat-kamit sambil pandangannya hampa ke depan. Lalu kembali membanting
pandangan ke buku itu lagi.
“Lagi hafalan ya Kak?” tanyaku membuka keheningan. Sementara si
Kecil, Malika Lathifa Az Zahra sibuk dengan buku yang akan dibawanya besok ke
sekolah.
“Iya.” Jawabnya singkat. Dari suara mulutnya yang komat-kamit
sepertinya tak asing bagiku. Benar juga... apa yang dia hafalakan adalah tashrifan.
Pelajaran yang dulu juga kupelajari seumuran dia.
Tiba-tiba anganku melayang. Menuju sebuah tempat. PondokPesantren Al Hikmah Purwoasri Kediri. Di situlah aku pertama kali mengenal tashrifan.
Kali pertama aku bersentuhan dengan buku Al Amtsilah Al Tashrifiyah. Sebuah
buku yang tidak baru lagi.
Masih segar dalam ingatan, buku itu diberikan Ayah untukku.
Berikutnya ustadz Ahmad Dain Badrus Sholeh Arif dan ustadz Abdul Nasir BadrusSholeh Arif yang mengajarkannya. Hari-demi hari. Bulan berganti. Hingga 5 tahun
peburuanku terhadap ilmu di Pondok Pesantren Al Hikmah Purwoasri. Untuk
selanjutnya aku ke Jember. Melanjutkan sekolah di Madrasah Aliyah Program
Khusus MAN 1 Jember.
Kembali ke ruang belajar aku dan anak-anak.
“Lho...lha ini bukunya siapa?” tanyanya sedikit heran. Beberapa menit sebelumnya sengaja kukeluarkan buku yang sudah lama tak terbaca.
“Ini buku Bapak. Buku ini lebih lengkap dari materi bahasa
Arab yang ada di buku sekolahmu. Jika kamu hafal buku ini... bahasa Arab akan
menjadi pelajaran paling menyenangkan yang pernah ada.”
“Bapak sudah hafal?”
“Alhamdulillah... dulu tiap ngaji habis shubuh, di serambi Masjid Al Hikmah... ustadz AhmadDain mewajibkan santri nya untuk hafalan. Yang tidak hafal harus berdiri sampai
pelajaran berakhir.
Bagaimana kenangan anda dengan buku yang satu ini...?